Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengaku heran karena animo masyarakat untuk melakukan penyedotan WC atau septiteng sangat minim bahkan tidak ada. Sementara Pemkot Baubau telah mengadakan mobil penyedot WC dan telah ditandatangani Peraturan Wali Kota yang mengatur tarif sedot WC tersebut.
Wali Kota menyebut tidak adanya permintaan sedot tinja itu menandakan jika sistem sanitasi khususnya septiteng milik masyarakat Baubau tidak aman karena masih menggunakan septiteng yang tidak kedap air. Lambat laun rembesan air dari septiteng akan bercampur dan mencemari sistem air tanah.
“Berarti tidak aman, karena septitengnya bocor. Kalau jamban itu tidak pernah penuh (full) berarti terjadi rembesan lambat laun rembesan itu akan masuk pada zona air tanah kita,” ungkap Ahmad Monianse belum lama ini.
Untuk itu lanjut Monianse melalui regulasi yang sudah ada, Pemkot Baubau akan mewajibkan penggunaan septitank kedap air bagi perumahan-perumahan yang baru dibangun. Hal ini juga berlaku bagi pelaku usaha home stay. Dan secara perlahan akan berlaku bagi rumah-rumah masyarakat secara keseluruhan.
“Septitengnya harus kedap, jika tidak maka akan menjadi ancaman yang bisa disebut sebagai bom waktu. Karena suatu saat nanti lapisan air akan ditembus oleh limbah jamban sehingga air tanah kita tidak akan cukup baik lagi untuk kebutuhan manusia,” pungkasnya.
Wali Kota menyebut, bagi masyarakat yang ingin menggunakan septiteng kedap air yang lebih ramah lingkungan bisa berkonsultasi dengan Dinas PUPR dan Dinas Perumahan sebagai OPD teknis.
sumber: https://www.rri.co.id/sulawesi-tenggara/daerah/289366/animo-sedot-wc-di-kalangan-masyarakat-baubau-masih-minim